Terasyik

6/recent/ticker-posts

Bohemian Rhapsody

"Is this the real life? Is this just fantasy?" kata Freddie Mercury dalam lirik pembuka Bohemian Rhapsody.

Kehidupan memang tidak nyata. Ia hanya sekadar fantasi. Popularitas itu semu. Sepintas ia terlihat seperti surga. Padahal bisa saja ada banyak tipuan di dalamnya. 

Seperti Freddie Mercury. Dalam film yang berjudul sama dengan lagunya, Bohemian Rhapsody, Fred, begitu dia dipanggil sahabat-sahabatnya, lahir dengan bakat yang hebat. Sebagai vokalis rock, dia sempurna. Tapi tidak dengan cinta dan perjalanan hidupnya. 

Sebagian orang dekatnya terlalu materialistik. Mereka hanya memanfaatkan ketenaran dan kekayaannya. Di sisi lain, Freddie juga belum selesai dengan dirinya sendiri. 

Sejak pertama kali dirilis pada 2018, saya memang nggak punya niat nonton film ini. Walaupun termasuk penggemar Queen, saya belum yakin Bohemian Rhapsody bisa menjadi sebuah film yang menarik. Ada kekhawatiran film ini tidak digarap dengan detail yang bagus.  

Tapi ternyata anggapan itu salah. Terlepas dari sosok Rami Malek yang sedikit kurang "gagah" dan nampak agak pendek saat memerankan Freddie Mercury, film ini sudah berhasil menggambarkan perjalanan Queen, dari band kecil bernama Smile sampai menjadi band raksasa yang legendaris. 

Film ini juga cukup sukses menceritakan sisi lain Freddie Mercury, seorang biseksual India-Persia yang punya kepercayaan diri tinggi, pemalu, tapi juga labil dan sangat emosional. 

Meskipun pers Amerika masih saja memandang sebelah mata, dan faktanya, Queen memang tidak pernah benar-benar menaklukkan pasar US, tapi Queen berhasil menorehkan prestasinya sendiri. 

Setelah sukses lewat album A Night At the Opera pada 1975, Queen tampil dahsyat di Live Aid pada 1985, sebuah konser amal untuk rakyat Afrika yang sedang dilanda bencana kelaparan. Konser yang digelar di Wembley pada 1985 dihadiri 75 ribu penonton. Sebuah penampilan epik yang dipuji sebagai salah satu konser rock terbaik sepanjang masa. 

Nama Queen meledak lagi saat Freddie Mercury meninggal dunia karena AIDS. Saat itu lagu Bohemian Rhapsody kembali memuncaki tangga lagu nomor satu di Inggris, 16 tahun setelah lagu itu dirilis.

22 menit tampil di Live Aid, Freddie Mercury memilih We are the Champions sebagai lagu penutup. Sebuah lagu yang banyak diputar dalam perayaan-perayaan olahraga. Padahal lagu itu bercerita soal Freddie sendiri. Soal perjalanan, perjuangan, kepahitan-kepahitan hidupnya, dan bagaimana kemudian dia bisa melewati semuanya rintangan yang  dia alami. 

Lewat lagu itu Freddie menyampaikan ucapan terima kasih kepada penggemar dan orang-orang yang selalu mendukungnya. Dia mengucapkan terima kasih kepada mereka yang sudah memberikan kekayaan dan popularitas. Freddie menyampaikan pesan itu dengan nada yang sangat tulus.

Freddie Mercury adalah sang juara. Kualitas vokalnya sempurna. Atraksi panggungnya tak ada duanya. Dan hingga akhir hayatnya yang tragis, dia tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang mencintainya. Terutama untuk sahabat-sahabatnya: Brian May, John Deacon, dan Roger Taylor.

"And we'll keep on fighting, till the end," begitu kata Freddie dalam lagu We are the Champions.

Posting Komentar

0 Komentar