Terasyik

6/recent/ticker-posts

Hamiedan AC dan Sejarah Studio Rekaman di Kandangan

ilustrasi

Oleh M Johansyah

Banyak yang tidak tahu bahwa di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalsel, pada era 80-an, ada sebuah studio rekaman yang lumayan lengkap. Diawaki seorang putra asli daerah bernama Hamiedan AC yang sudah mengantogi jam terbang tinggi dalam dunia rekaman. 

Dia juga sebagai pencipta lagu, khususnya pop dan lagu-lagu Banjar. Waktu itu, dia pulang ke kampung halaman setelah cukup lama mengadu nasib di Jakarta. 
Berdasarkan penuturannya, ia pernah bekerja di perusahaan rekaman di ibu kota. Berbekal pengalaman itulah, lalu ia bertekad membangun studio rekaman dengan peralatan yang dibawa dari Jakarta. 

Studio rekaman tersebut adalah Hamico Record (Hamidhan and Corporation Recording). Perusahaan itulah yang kemudian mewadahi kreatifitas para musisi di Banua, khususnya Kalimantan Selatan. 

Aku bersyukur dapat bergabung dan menyerap beberapa pengetahuan dasar dalam bidang rekaman. Di antaranya, 'mastering' yaitu membuat rekaman dasar musik pengiring dan seluruh bunyi-bunyian yang diperlukan untuk sebuah lagu. Ada pula 'dubbing' yaitu mengisi musik dengan lebih rinci lagi, sehingga lagu yang dibuat akan terdengar menarik, baik dari segi aransemen musiknya, maupun 'stereo balancing'.

Yang menarik saat itu, peralatan yang digunakan oleh Papi Midhan (panggilan akrab beliau) merupakan peralatan 'eks' alias bekas studio rekaman di Jakarta. Beliau dapatkan dengan merogoh kocek pribadi yang cukup dalam dari hasil bekerja puluhan tahun di sana. Alhasil, setelah semua peralatan yang diperlukan terbeli, maka pulanglah Papi Miedan ke Kandangan. Studio rekaman yang didirikan itu beralamat di Jalan Sekolah Islam, menempati sebuah rumah dengan ukuran yang cukup luas. 

Ada beberapa kamar yang kemudian disulap menjadi ruang operator sekaligus editing, mixing, tuning dan ada juga ruang rekaman vokal, ruang rekaman musik dasar (biasanya hanya beberapa alat musik, yaitu gitar rhythm, gitar bass, organ) sedangkan alat musik lainnya menyusul, setelah dilakukan proses lanjutan, istilahnya 'pengisian' musik yang bertujuan mempercantik sebuah lagu. Ada beberapa alat penting yang masih aku ingat dengan baik, yakni sebuah 'tape track' merek Revox, Tascam dan keduanya bisa menampung 4 sampai 6 sampling rekaman. 

Dapat dibanyangkan, bagaimana proses sebuah lagu sebelum bisa dinikmati dan dibeli pada saat itu. Kiranya tidak terlalu berlebihan, jika kukatakan, aku termasuk orang yang beruntung sekaligus merasa bersyukur dapat mengenal sosok Papi Miedan yang rendah hati. Mau berbagi pengetahuan padaku, pengalaman yang langka dan menjadi ‘cikal bakal’ aku mendalami profesiku saat ini, yaitu sebagai penyiar ditempatku bekerja sekarang. Dasar ilmu dasar rekaman, tidak sulit bagiku melakukan pekerjaan sebagai ‘awak radio’.

Ada beberapa orang yang juga menjadi salah satu pelaku sejarah berdirinya studio rekaman di Kandangan, di antaranya adalah kakanda Hamli Kandangan sebagai bassis, Kakanda Hadi pada organ dan Kakanda Mila Tamberun adalah vokalis andalan saat itu, juga ada beberapa penyanyi yang kuingat yaitu Martha Rombe dari Danau Salak. 

Sedangkan Papi Miedan sendiri, hampir semua alat musik mahir dimainkannya. Itu membuatku geleng-geleng kepala. Dia manusia serba bisa yang pernah aku kenal. Dari tangan cerdasnya, lahir juga saat itu kelompok vokal group, yaitu Ramux’s Vokal Group yang selalu menjuarai setiap event festival. 

Kiranya, itu saja dulu kisahku pada sebuah kenangan yang setidaknya membuat perjalanan hidupku semakin ‘warna warni’ seperti menuruni pelangi yang indah membekas dalam hati. 

Editor: Puja Mandela

Posting Komentar

0 Komentar