Terasyik

6/recent/ticker-posts

Muntah karena Puisi

Cover buku Bentara Bagang (2012)

Saya memang bukan orang yang berbakat menulis puisi. Saya akui itu. Tahun 2012, saat Komunitas Sastra Indonesia Kabupaten Tanah Bumbu berencana membuat buku antologi puisi, saya diajak, atau lebih tepatnya dipaksa oleh Mas Tato A Setyawan (TAS) untuk ikut menyumbangkan puisi. 

Karena permintaan itu nggak mungkin ditolak, saya pun memberanikan diri menulis puisi. Saya mencari dari hal-hal terdekat yang sering menemani saya waktu itu. Ada gitar, kopi, kisah percintaan yang anu, juga tentang kerinduan. 

Jebret…! 10 puisi saya dipilih untuk dimasukkan ke dalam buku antologi itu. Tentu saja tidak dimasukkan begitu saja, karena ada begitu banyak kejanggalan yang terjadi, puisi-puisi saya harus melalui proses edit yang lumayan banyak. Ya, namanya juga amateur.

April 2012, buku itu di-launching. Saya ikut terlibat untuk membuat desain sampulnya. Waktu itu saya mengedit menggunakan Adobe Photosop. Ya, hasilnya cukup pas-pasan. Daripada nggak ada.

Malam ini, saya mencari antologi yang diberi berjudul Bentara Bagang itu untuk keperluan yang lain. Sempat membaca satu puisi dari Arif Rachman berjudul Stadium 3, lalu saya menengok 10 puisi yang saya tulis waktu itu.

Stadium 3 karya Arif Rachman

Satu puisi berjudul Gadis Gerimis memang sering kali "dipuji" oleh Bang Arif. Dia sering bilang bahwa puisi saya itu mengagumkan. Tapi tentu saja dia hanya bercanda. Pujian yang dia sampaikan itu justru punya maksud sebaliknya.

Saat melihat puisi itu, termasuk puisi-puisi saya yang ada di buku ini, saya justru berasa mual dan pengen muntah.

Muntah karena puisi…

Gadis Gerimis yang bikin pengen muntah...



Posting Komentar

0 Komentar