Terasyik

6/recent/ticker-posts

Merayakan Record Store Day di Tanah Bumbu, Kenapa Tidak?

Dunia musik populer sedang bergairah. Bukan karena ustaz-ustaz yang mengharamkan musik sudah tidak diberi panggung untuk ceramah, tetapi karena pemerintah mulai mengizinkan event-event musik untuk digelar.

Selain itu, juga karena musisi kita, di Indonesia yang seakan tak pernah kehabisan ide untuk berkarya. Tak hanya di Jakarta, gairah yang sama juga muncul di daerah, termasuk Tanah Bumbu. 

Primitive Monkey Noose jelas menjadi pemantiknya. Dibanding band-band lain yang pernah nongol di Tanah Bumbu, bahkan Kalsel, PMN memang seksi. Sampai-sampai Mas-Mas bernama Sony mau meminangnya meski tanpa seperangkat alat salat. 

Momentum ini tentu sangat baik untuk membangkitkan gairah musik di daerah. Apalagi dalam waktu dekat akan ada peringatan Record Store Day yang diperingati setiap 23 April. Jika melihat potensi musisi di Tanah Bumbu, sejatinya event ini bukan hal yang mustahil untuk digelar. 

Tinggal bagaimana musisi di daerah ini menyikapinya. Sebagian mungkin memandang event ini tak penting. Tapi tentu selalu ada optimisme bahwa musisi daerah juga bisa berpikir lebih jauh dari sekadar main musik, tampil, dan menerima tepuk tangan penonton. Atau sekadar bikin lagu, dirilis di Spotify dan berharap menjadi super star.

Musik bahkan bisa lebih besar dari itu semua. Ia bisa mengubah kebudayaan masyarakat secara luas. Kita bisa melihat ada banyak kota-kota di dunia yang pada mulanya tak punya apa-apa, tetapi kemudian menjelma sebagai pusat musik, ikon wisata dan budaya, hingga menarik pengunjung dari berbagai belahan dunia.

Potensi daerah ini sangat besar. Kita punya Pagatan dengan sejarah musikal yang kuat. Lalu, ada Batulicin, meski tak sekuat di Pagatan, tetapi ada banyak musisi-musisi yang eksis di sini, meski dalam konteks karya, jumlahnya masih segelintir. 

Potensi sekecil apapun tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Primitive Monkey Noose sudah membuktikan bahwa musisi lokal juga bisa berbuat banyak. Tanah Bumbu juga terbukti bisa memproduksi musik dengan kualitas yang baik. 

Saat ini adalah momentum yang tepat untuk membangkitkan kembali gairah musik itu. Bukan melalui event festival musik yang bersifat pragmatis, tetapi membangun ekosistem yang musikal-kultural. Salah satunya bisa dimulai dengan peringatan Record Store Day. Di situ akan ada live music, diskusi/sharing, hingga pameran rilisan fisik. Ini penting, apalagi Tanah Bumbu belum pernah sama sekali menggelar event yang pertama kali dilangsungkan di AS. 

Tentu akan lebih menyenangkan melihat Tanah Bumbu menjadi kota yang musikal, daripada menjadi daerah berslogan religius tapi sebenarnya mayoritas masyarakatnya hobi dangdutan...

Posting Komentar

0 Komentar