Terasyik

6/recent/ticker-posts

Menulis Opini di Media Online

Media Online di Era 4.0

Budaya membaca dan memperoleh informasi sudah mulai bergeser. Bahkan, pergeseran yang terjadi sangat tajam.  

Kalau dahulu orang memperoleh informasi melalui televisi dan koran, sekarang cukup lewat smartphone. Dengan smartphone, bahkan kita sudah tidak membutuhkan koran dan televisi lagi. Sebab, dua benda itu perannya bisa digantikan oleh smartphone.

Begitu pun dengan kebutuhan kita terhadap informasi. Kalau dahulu mungkin ada yang berlangganan koran setiap hari atau beli koran di perempatan lampu merah, sekarang semua informasi ada di genggaman kita.  Berita lokal, nasional, bahkan internasional bisa kita akses dalam hitungan detik.

Hari ini, media cetak sudah mulai ditinggalkan oleh pembaca, bahkan oleh perusahaan media itu sendiri. Sebagai contoh, salah satu media terbesar di Kalsel yang sebelumnya memiliki 20-an lebih redaktur, saat ini cuma menugaskan tiga redaktur untuk mengurusi media cetaknya. Mereka fokus untuk mengembangkan dan memajukan media online yang mereka miliki. 

Beberapa halaman di media cetak itu juga dihilangkan karena alasan penghematan. Dua media cetak terbesar di Kalsel, misalnya, sudah meniadakan halaman sastranya. 

Itu adalah gambaran nyata betapa tertinggalnya media cetak saat ini. 

Menulis Opini di Media Online

Apakah semua media online bisa menjadi rujukan? 

Tentu saja tidak. Sama halnya dengan media cetak, tidak semua media online bisa menjadi sumber referensi kita.

Kriteria media online yang bisa dijadikan rujukan adalah: 

a. Memiliki sertifikasi Dewan Pers

b. Memiliki struktur perusahaan yang jelas

c. Jumlah pengunjung

d. Konten yang disajikan

d. Kedekatan dengan pembaca

Apakah yang dimaksud dengan tulisan opini?

Sederhananya begini: sebuah tulisan yang mengandung ide, gagasan, dan pemikiran dari si penulis itu sendiri. Jadi, materi yang ada di dalam opini itu murni adalah pendapat dari kita sendiri. 

a. Hindari membuat kutipan pernyataan orang lain yang terlalu panjang. 

b. Hindari menuliskan ulang sesuatu yang sudah diketahui banyak orang. 

Perbedaan Opini, Berita, dan Esai

Opini : Pernyataan, gagasan, pemikiran penulis. 

Berita : Mengutip peristiwa dan pernyataan orang lain. Tidak boleh penulis ikut bicara di dalam tulisan. 

Sementara esai lebih bersifat subjektif, kata-katanya bisa lebih lentur. 

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan opini: 

a. Ide

Ada banyak orang yang menulis opini dengan tema yang itu-itu saja. Selain tema yang terlalu umum, juga tidak ada kebaruan ide.

Carilah ide yang spesifik. Ide yang istimewa dan mungkin tidak dimiliki orang lain. Ide yang baik biasanya hadir di sekitar kita. 

Bisa dimulai dari pengalaman pribadi atau orang sekitar, pemikiran kita, atau hasil sharing dengan teman diskusi mengenai suatu masalah yang sedang terjadi.

b. Strategi Penulisan

Ini penting. Tanpa ada strategi, kemungkinan orang lain membaca tulisan kita sampai selesai itu kecil. Strategi harus dimulai dari judul dan paragraf pertama. Itu kuncinya.

Paragraf pertama bisa kita mulai dengan sebuah pertanyaan, misalnya. Atau sebuah pengalaman yang terjadi di sekitar kita, obrolan orang-orang di warung, di pinggir jalan, dan apa saja yang memang menarik.

Misalnya, ada dua bapak sedang ngobrol di warung. Dalam obrolannya mereka mengkritik sistem atau cara belajar mengajar di sekolah. Nah, itu bisa kita jadikan ide. Kita buat saja bantahannya. 

Kemudian, soal strategi tadi. Ini penting diperhatikan. Misalnya Anda menulis soal pendidikan karakter. Hindari membuka tulisan dengan:  Pendidikan karakter adalah……

Atau Anda membahas tentang pemimpin ideal untuk memajukan dunia pendidikan. Anda harus menghindari membuka tulisan dengan: Pemimpin adalah sosok yang dibutuhkan dalam setiap organisasi, kelompok masyarakat. Tanpa pemimpin kita akan….

Atau misalnya kemarin ada yang menulis tentang Guru Killer. Gak perlu lagi penulis menjelaskan guru killer itu apa. Sebab, pangsa pasar tulisan tersebut sudah sangat jelas; untuk para guru. Kan nggak mungkin ada guru yang tidak tau arti dari guru killer.

Jadi, hal-hal yang tidak perlu seperti itu tidak perlu ditulis. Sebagian orang mungkin masih menerima. Tapi tulisan seperti itu juga akan membuat banyak orang ilfeel…

Strategi lainnya: jangan bertele-tele, menggunakan bahasa indonesia yang mudah dipahami, komunikatif, dan tidak menggunakan paragraf yang terlalu padat. 

c. Argumentasi

Argumentasi penulis menjadi poin penting dalam tulisan opini. Jika tulisan opini sesuai dengan bidang yang Anda kuasai, argumentasi bisa dilakukan dengan mudah. Hal tersebut bisa terjadi karena Anda memahami hal-hal terkait apa yang dimuat dalam tulisan. Pembaca pun bisa menilai seberapa tinggi pengetahuan Anda dari argumentasi yang dibuat.


***
Materi ini disampaikan dalam Workshop Penulisan Opini di Media Online, 14-16 Oktober 2020. 

Posting Komentar

0 Komentar